KARYA ILMIAH
LAYANAN KONSELING LINTAS BUDAYA TERHADAP
LAKI-LAKI BERPERILAKU PEREMPUAN
Dosen : Dr. M. Jumarin, M.Pd.
LAYANAN KONSELING LINTAS BUDAYA TERHADAP
LAKI-LAKI BERPERILAKU PEREMPUAN
Dosen : Dr. M. Jumarin, M.Pd.
Oleh :
BUDI HARYADI
NIM : 11012008
Jurusan : Psikologi pendidikan dan Bimbingan
Fakultas : Ilmu Pendidikan
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
WATES YOGYAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, izin serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul “LAYANAN KONSELING LINTAS BUDAYA TERHADAP LAKI-LAKI BERKEPRIBADIAN PEREMPUAN”. Meskipun banyak hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaannya, tapi penulis berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing Bapak Dr. M. Jumarin, M.Pd. yang telah membantu dan membimbing dalam mengerjakan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya ilmiah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin penulis berikan kepada masyarakat dari hasil karya ilmiah ini. Karena itu penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya karya tulis ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Pengasih, 12 Juni 2014 Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 2
D. Metode Penelitian .................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Waria .................................................................... 4
B. Jenis-Jenis Waria .................................................................... 4
C. Biografi Seorang Waria .......................................................... 5
D. Faktor Penyebab Menjadi Waria ............................................. 7
E. Upaya Konselor Mengatasi Waria .......................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 9
B. Saran ..................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kita semua mengenal waria (wanita tapi pria), waria adalah individu yang memiliki jenis kelamin laki-laki tetapi berperilaku dan berpakaian seperti layaknya seorang perempuan. Waria merupakan kelompok minoritas dalam masyarakat, namun demikian jumlah waria semakin hari semakin bertambah. Namun tidak semua orang dapat mengetahui secara pasti dan memahami mengapa dan bagaimana perilaku waria dapat terbentuk. Penyebab adanya perilaku waria tidak dapat dijelaskan dengan sederhana. Konflik identitas jenis kelamin yang dialami waria tersebut hanya dapat dipahami melalui observasi atau wawancara langsung terhadap setiap tahap perkembangan dalam hidupnya. Setiap manusia atau individu akan selalu berkembang, dari perkembangan tersebut individu akan mengalami perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis. Salah satu aspek dalam diri manusia yang sangat penting adalah peran jenis kelamin. Setiap individu diharapkan dapat memahami peran sesuai dengan jenis kelaminnya. Keberhasilan individu dalam pembentukan identitas jenis kelamin ditentukan oleh berhasil atau tidaknya individu tersebut dalam menerima dan memahami perilaku sesuai dengan peran jenis kelaminnya.
Jika individu gagal dalam menerima dan memahami peran jenis kelaminnya maka individu tersebut akan mengalami konflik atau gangguan identitas jenis kelamin. Kegagalan pemahaman terhadap peran terkait dengan bagaimana mereka mampu memahami bahwa jenis kelamin menentukan perannya, pria sewajarnya harus berperan apa dalam frame ke-laki-laki-an dan wanita harus berperan apa dalam frame ke-wanitaan-nya. Ketika hal ini dilupakan dan malah terjadi disorientasi peran, maka individu secara langsung maupun tidak langsung akan mengalami konflik terhadap dirinya sendiri dalam memahami peran masing-masing. Terkait dengan waria itu sendiri, sosok fisik dan sosok sosial ini yang berkembang dimasyarakat dianggap sangat memamalukan dan
2
suatu aib. Hal ini tidak lepas dari peran media yang menciptaka realitas tersebut. Kita lihat bagaimana pemberitaan di media yang menghukum waria secara tidak adil dalam konsep etika keberitaan yang tidak sesuai.
Ia tidak saja tidak dianggap sebagai identitas gender yang otonom, lepas dari kontruksi laki dan perempuan, lebih dari itu ia dikontruksi sebagai bentuk lain yang harus diasingkan baik oleh keluarga atau masyarakatnya. Di samping bermasalah dimata agama, waria juga dianggap bermasalah dimata sosial. Hadirnya sosok waria yang berpenampilan molek, bak perempuan “monggoda” yang dietalasekan dijalan jalan besar perkotaan dianggap perusak rumah tangga orang. Bahkan perusak moral masyarakat, terutama kaum laki-laki, sehingga harus dijauhkan dari kehidupan masyarakat umumnya karena tentu saja yang masuk dalam hegemoni wacana seks tunggal. Atas dasar inipulah, negara yang dalam bentuknya seperti polisi, polisi pamongpraja, atau dinas sosial kerapkali melakukan operasi penggerebekan terhadap pangkalan pangkalan waria, saat beroperasi.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas dapat di buat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian waria?
2. Apakah jenis-jenis waria?
3. Bagaimanakah biografi seorang waria?
4. Apakah faktor-faktor penyebab seseorang menjadi waria?
5. Bagaimana upaya konselor untuk mengatasi kepribadian tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas dapat di sampaikan tujuan penelitian yaitu :
1. Mengetahui tentang pengertian waria.
2. Mengetahui tentang jenis-jenis waria.
3. Mengetahui tentang biografi seorang waria yang diamati.
3
4. Mengetahui faktor-faktor penyebab seseorang menjadi berkepribadian waria.
5. Mengetahui usaha-usaha konseling untuk mengatasi kepribadian waria.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan akan memberikan manfaat untuk pengembangan lebih lanjut tentang studi pengembangan teknologi dalam pembuatan keramik, baik secara teoritis maupun secara praktis.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Waria
Waria atau portmanteau berasal dari singkatan wanita-pria atau wadam yang berasal dari hawa-adam. Oetomo (Kurniawati, 2003) menyatakan bahwa dalam perkembangan waria merupakan “proyek” feminimitas yang artinya suatu proses dalam keadaan maskulin ke feminism. Waria yang mempunyai tubuh atau fisik laki-laki, mempertontonkan perilaku serta atribut yang halus dari perempuan meskipun pada saat-saat tertentu mereka masih menunjukkan keagresifannya. Waria adalah seorang yang memiliki ketidaksesuaian antara fisik dengan identitas jenis kelamin (Perroto & Culkin, 1993).
(Kusumayanti, 2000) menyatakan waria atau banci adalah jenis kelamin ketiga yang memiliki sifat antara pria dan wanita tetapi bukan penggabungan diantara keduanya. Hal tersebut merupakan sebutan awal yang menggambarkan perempuan yang terjebak dalam tubuh laki-laki. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa waria adalah seseorang yang memiliki ketidaksesuaian antara fisik, psikis, dan seks. Dalam arti secara fisik dia adalah laki-laki, tetapi secara psikologis perempuan. Ketidaksesuaian yang terjadi membuat waria tidak senang terhadap alat kelaminnya dan ingin mengubahnya. Untuk mendukung perubahan tersebut maka waria bertingkah laku dan mengidentifikasikan dirinya sebagai perempuan.
B. Jenis-jenis Waria
Kaum waria terdiri dari kelompok manusia yang tidak homogeny.mereka terdiri dari berbagai komponen yang secara ilmiah psikologik-psikiatri dapat dibedakan karena mempunyai ciri-ciri khusus. Atmojo (Kurniawati, 2003) menyatakan bahwa waria terbagi dalam beberapa kelompok kecil :
5
a. Kaum transeksual : mereka yang termasuk dalam kelompok ini mengalami ketidakserasian pada jenis biologis dan jenis kelamin mereka. Ada keinginn dari mereka untuk menghilangkan dan menggantikan alat kelaminnya dan hidup sebagai lawan jenisnya.
b. Kaum transvestite : penderita kelompok ini adalah laki-laki. Jumlah mereka sedikit dan biasanya berpakaian lawan jenis pada saat tertentu saja, yaitu pada saat akan melakukan hubungan seksual. Jadi tampah bahwa pemakian pakaian perempuan disini untuk mendapatkan gairah seksual, berbeda dengan para transeksual yang berpakaian perenpuan karena merasa ada ketidaksesuaian antara fisik dengan jiwanya, mereka merasa dan ingin menjadi perempuan.
c. Kaum homoseksual penderita transvestismen : mereka yang mendapat kepuasan seksual dari hubungan homoseksual dan berpakaian lawan jenis.
d. Kaum opportunities : kelompok ini terdiri dari mereka yang memanfatkan kesempatan. Dimana mereka menjadi waria untuk mencari penghasilan atau nafkah. Jadi tidak terdapat kelainan seperti 3 kelompok sebelumnya.
C. Biografi Seorang Waria yang Saya Amati
Datuk atau nama malamnya Tiara Penelope, lahir di Kulon Progo, xx-yy-zzzz. Saat ini dia berusia sekitar hamper berkepala tiga, pendidikan terakhirnya SMA (Sekolah Menengah Atas). Ia menjadi seperti ini karena faktor lingkungan dan ekonomis. Dan saya mendapatkan informasi dari lingkungan sekitar rumah, bahwa Tiara Penelope tersebut menjadi seorang waria dikarenakan mendapatkan santet dari seseorang karena seseorang tersebut sakit hati atas tingkah laku yang dilakukan salah satu dari keluarga Emon terhadapnya. Untuk memastikan bahwa informasi dari lingkungan sekitar rumah benar atau tidaknya saya tidak berani menanyakan langsung kepada orang yang bersangkutan karena takut menyinggung hati.
6
Sejak kecil tingkah laku Datuk memang sudah menunjukkan tingkah laku ke arah feminis (kemayu). Dan gara-gara tingkah laku tersebut, dia sering dipanggil dengan nama Emon. Seiring dengan berjalannya waktu, ia pun semakin menjadi. Dia pun merubah namanya sendiri menjadi Tiara Penelope. Dari faktor ekonomis masalah sosial itu sendiri disebabkan oleh kurang terjaminnya kebutuhan hidup.
Menurut pengamatan saya, dilihat dari jenis-jenis waria. Dari ilmu psikolognya Tiara Penelope termasuk kedalam kelompok opportunities yaitu memanfatkan kesempatan. Dimana Datuk menjadi waria untuk mencari penghasilan atau nafkah. Jadi tidak terdapat kelainan seperti 3 kelompok sebelumnya. Karena selama dalam pengamatan saya, saya tidak melihat kalau Datuk atau Tiara Penelope tidak melakukan seperti ketiga jenis-jenis waria yang sudah saya terangkan diatas.
Ia bekerja sebagai pengamen di salah satu lampu merah yang berada di Wates, Kulon Progo. Tiara Penelope bertempat tinggal di suatu rumah yang letaknya tidak jauh dari tempat mengamen dia. Tiara Penelope mulai beraktifitas mulai dari pagi hingga sore, berangkat dari rumah jam 09:00 s/d tidak menentu, lalu pulang untuk istirahat. Revano akan melanjutkan aktivitasnya untuk kegiatan lainnya. Penghasilan perharinya saat ini ( 35.000-150.000/hari).
Dengan mengamen tersebut, dia mendapatkan penghasilan yang tidak menentu. Namun, dari penghasilan selama dia mengamen, dia sudah bisa membangun sebuah rumah. Belum lama ini, Tiara Penelope juga menggelar sebuah acara syukuran rumah yang ia bangun dari hasil jerih payah mengamennya selama ini. Yang menurut saya, acara tersebut juga memerlukan biaya yang tidak sedikit karena Tiara Penelope mengundang teman-teman warianya se-DIY.
Tanggapan Masyarakat tentang Tiara Penelope
Apa tanggapan anda tentang waria ?? Menghargaikah anda dengan keberadaan mereka ??
7
Menurut anak sekolah di sekitar lingkungan tempat tinggal :
Atik : waria tidak pernah dan kurang bisa dibilang salah, di dunia ini mana ada orang yang bisa memilih mau dilahirkan sebagai apa ? begitu juga dengan waria. Saya menerima saja, karena itu sudah menjadi pilihan kehidupan dia.
Banu : waria memang menyalahi kodrat. Karena menyimpang dari ajaran agama.
Rini : waria itu tidak bisa dibilang menyalahi kodrat ataupun sah menurut agama justru harusnya dibantu bukan dihina atau disalah-salah kan.
Menurut warga sekitar :
Pak Rusdi : Kalau masalah tentang waria memang harus hati hati untuk berkomentar. Karena mereka juga sama seperti kita yang normal. Mereka juga butuh bersosialisasi dengan lingkungan. Tapi di negara kita masih memegang teguh yang namanya kodrat, agama, norma dan lainnya.
Ibu Yeni : Saya berpendapat waria/wadam adalah suatu kelainan kejiwaan, karena secara fisik ia adalah pria. Mungkin hal ini karena banyak faktor, misalnya faktor internal (misalnya, faktor genetika) dan faktor eksternal (misalnya lingkungan).
Pak Badar : tergantung dari alasan mengapa dia ingin menjadi seorang waria? Jika karena kepribadian bukan karena nafsu, itu mungkin tidak disalahkan.
D. Faktor Penyebab Seseorang Menjadi Waria
1. Biologis, yaitu karena lebih dominannya hormone seksual perempuan. Hormon seksual perempuan mempengaruhi pola perilaku seseorang menjadi feminism dan berperilaku perempuan.
2. Psikogenik, yaitu seseorang menjadi waria ada juga yang disebabkan oleh factor psikologis. Iklim keluarga yang tidak harmonis sangat
8
mempengaruhi perkembangan psikologis anak. Misalnya, keinginan orang tua memiliki anak perempuan namun kenyataannya adalah seorang laki-laki.
3. Sosiogenik, yaitu lingkungan social yang kurang kondusif juga dapat mendorong adanya penyimpangan perilaku seksual. Misalnya, anak laki-laki yang dikelilingi oleh saudara kandung perempuan, bias jadi akan membentuknya merasa nyaman sebagai perempuan.
E. Upaya Konselor untuk Mengatasi Waria
Program ini dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah, masyarakat dan waria itu sendiri melalui: 1. Kampanye sosial/penyuluhan sosial 2. Advokasi dan perlindungan sosial/pendampingan 3. Konseling 4. Komunikasi pengubahan perilaku 5. Pelatihan
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil observasi selama ini Datuk atau Tiara Penelope memberi kesempatan kepada saya. Saya mendapatkan info atau hasil observasi yang memang mudah mudahan berguna buat kami sebagai tugas kedepan tentang penelitian. Saya disini meneliti tentang kehidupan waria serta menyertakan tanggapan masyarakat sekitar baik sisi negative dan positifnya pula. Kesimpulanya waria mempunyai sisi kehidupan yang sama saja dengan manusia umumnya tapi hanya saja dia memiliki perbedaan yang dianggap masyarakat sebagai perilaku yang menyimpang di masyarakat. Sehingga sebagian masyarakat ada yang menerima, menolak, dan ada pula bersikap acuh dengan adanya penyimpangan waria tersebut.
B. Saran
Saran saya selaku penulis yaitu, sebenarnya kita tidak sepantasnya memandang waria secara rendah, karena sebenarnya mereka pun memiliki sisi kehidupan yang lain yang mungkin tidak dapat kita rasakan sebagai manusia normal. Apakah masih tega untuk men-judge para kaum waria sebagai kaum rendahan, yang menjadi sampah masyarakat ? Sebagai sesama mahkluk Tuhan yang memiliki akal pikiran, seharusnya kita bisa lebih saling menghargai sesama apapun perbedaannya, atas dasar perasaan perikemanusiaan. Apapun alasannya tidak ada yang bisa mendorong kita untuk berprilaku sedemikian rupa terhadap para waria. Karena, menerima ataupun tidak, kaum waria memang ada dan tidak bisa kita pisahkan dari bermasyarakat. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan mohon maaf bila ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
0 komentar:
Posting Komentar