MAKALAH PENGUKURAN TERHADAP KECAKAPAN KERJA KARYAWAN
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Industri
Dosen Pengampu : Drs. Sumadin
Disusun
Oleh :
- Budi Haryadi ( 11012008)
JURUSAN
PPB SEMESTER VA/RI
PROGRAM
STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
IKIP
PGRI WATES
2014
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT., Tuhan semesta alam, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan untuk menulis makalah
yang berjudul: “PENGUKURAN
TERHADAP KECAKAPAN KERJA KARYAWAN ” . Makalah
ini diperuntukan bagi mahasiswa khususnya dan pembaca pada umumnya.
Dengan
ditulisnya makalah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang
hal-hal yang berkaitan dengan pembahasan dalam makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan dalam penulisan makalah
selanjutnya.
Kepada
Dosen pembimbing dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, penulis ucapkan terima kasih.
Yogyakarta,
30 Juni 2014
Penulis
ABSTRAK
.
Untuk
melihat seberapa jauh kemajuan dalam latihan kerja.Untuk sebagai data
yang dipergunakan sebagai bahan pertimbangan apabila ada promosi bagi
karyawan yang bersangkutan.Metologi yang digunakan mengukur sejauh
mana seorang karyawan yang dinilai oleh atasannya dengan beberapa
aspek yang dinilai:
1.kedisiplinan
2.ketelitian
3.kegairahan
dalam bekerja
4.kerajinan
seorang karyawan.
Dengan
aspek yang dinilai seorang atasan terhadap karyawan bias memotifasi
seorang karyawan bias bekerja dengan semangat dan tanggung jawab
terhadap pekerjaannya.
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL……………………………………………………………
i
LEMBAR
PENGESAHAN…………………………………………………….
ii
KATA
PENGANTAR………………………………………………………….
iii
ABSTRAK………………………………………………………………………
iv
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………….
v
BAB
I PENDAHULUAN……………………………………………………..
1
A.
Latar Belakang……………………………………………………...
1
B.
Tujuan……………………………………………………………….
2
BAB
II ISI………………………………………………………………………
3
A.
Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan Dalam Training………. 4
B.
Definisi Training (latihan) dan Pengembangan Personil…………. 7
C.
Sistem Training dan Pengembangan……………………………….
8
D.Penetapan
Tujuan Latihan dan Pengembangan………………….. 9
E.
Evaluasi Program Latihan dan Pengembangan…………………. 10
BAB
III PEMBAHASAN…………………………………………………....
12
BAB
IV PENUTUP………………………………………………………......
17
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Pengukuran
terhadap kecakapan karyawan sering disebut dengan istilah Rating
Skala (skala penilaian).Menurut Ti fin (1965) skala penilaian adalah
memberikan batasan sebagai evaluasi yang sistematik terhadap karyawan
diberikan oleh Supervisor (atasan,mandor,pengawas) dalam organisasi
atau perusahaan.Sedangkan menurut Ghiseli & Brown (1950)skala
penilaian adalah memberikan batasan sebagai cara yang bersifat
subjektif untuk menilai prestasi atau kecakapan kerja seseorang oleh
orang yang berwenang member penilaian.Selanjutnya dikatakan oleh
Ghiselli & Brown bahwa penilaian atau evaluasi ini sangat penting
dan bertujuan :
1.
Untuk mengukur prestasi kerja ,yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses
dalam pekerjaannya.
2.
Untuk melihat seberapa jauh kemajuan dalam latiahan kerja.
3.
Untuk sebagai data yang dipergunakan sebagai bahan pertimbangan
apabila ada promosi bagi karyawan yang bersangkutan.
Menurut
Tiffin (1965) dan Maxley & Yukl (1977) tujuan mengevaluasi
kecakapan kerja karyawan dapat dikatagorikan atas dua tujuan pokok
yaitu:
1.
Untuk tujuan adminitrasi.
2.
Untuk tujuan perkembangan karyawan perseorangan atau individu
employee development.
Ad
1.Tujuan Adminitrasi
a.Sebagai
dasar untuk pembinaan keputusan mengenai kenaikan,pemindahan
pemberhentian dan pelepasan.
b.Sebagai
alat untuk menentukan latihan kebutuhan berbagai kesatuan organisasi.
c.Sebagai
keriteria kapan pilihan dan penempatan alat yang sah.
d.Sebagai
dasar untuk evaluasi adalah produktif,efisien, didalam organisasi
e.Sebagai
dasar utuk evaluasi adalah bermanfaat untuk program pelatihan dan
efektif dalam rencana kerja,cara kerja,susunan
organisasi,gayapengawasan,kondisi
kerja,dan
peralatan.
f.Sebagai
cara untuk mengurus gaji,jadi mereka itu menerima gaji dengan
cara
rombongan.
Ad
2.Tujuan Perkembangan Karyawan Perseorangan
a.Sebagai
alat untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan personil dan
dengandemikian bias sebagai bahan pertimbangan agar bisa diikut
sertakan dalam program latihan kerja tambahan.
b.Sebagai
alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan keja karyawan
melalui pengecekan secara periodic oleh atasannya.
c.Sebagai
alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan,sehingga dicapai
tujuan untuk mendapatkan perfomance kerja yang baik.
d.Sebagai
alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan (supervisor,
manager,administrator) untuk mengobservasi perilaku dari bawahan
supaya diketahui minat dari kebutuhan-kebutuhan bawahannya.
e.Sebagai
alat untuk bisa melihat kekurangan atau kelemahan-kelemahan di
massa
lampau dan meningkatkan kemampuan-kemampuan karyawan.
B.TUJUAN
Pada
umumnya tujuan training dan pengembangan berhubungan erat dengan
jenis training.Tujuan training untuk supervisor misalnya,berbeda
dengan tujuan training untuk tenaga pelaksana dan berbeda pula untuk
pimpinannya. Meskipun demikian,tujuan training baik untuk
supervisior, tenaga pelaksana,maupun pimpinan pada dasarnya adalah
sama, yakni untuk memperoleh training agar dapat mengetahui secara
tepat pekerjaannya, sehingga efisien dan kegairahan kerja dapat
terwujudkan.
Selain
daripada yang disebutkan di atas, dalam kenyataannya dengan training
dimaksudkan untuk mempertinggi kerja karyawan dengan mengembangkan
cara-cara berpikir dan bertindak yang tepat serta pengetahuan tentang
tugas pekerjaan. Dengan perkataan lain training dan pengembangan
dapat menambah keterampilan kerja karyawan. Adapun keterampilan
tersebut mempunyai fungsi yaitu:
a.Memperpendek
jarak antara waktu penyelesaian tugas dengan permulaan tugas yang
dihadapi.
b.Merangsang
dorongan bertindak.
c.Mengisi
masa luang.
d.Memberi
kepuasan lebih besar.
BAB
II
Untuk
meningkatkan produksi tidak hanya tergantung pada mesin yang serba
modern,modal yang cukup,dan bahan baku yang banyak akan tetapi
tergantung pula pada orang yang melaksanakannya.Oleh karena itu untuk
mencapai taraf efisiensi dan produktifitas tinggi, seseorang pimpinan
perusahaan harus dapat mengetahui dan melayani kebutuhan karyawannya.
Besar kecilnya prestasi yang diberikan oleh karyawan dapat terpenuhi
apabila mereka diberi kesempatan untuk megembangkan kecakapan mereka
yang sesuai dengan bakat dan lapangan kerjanya.
Pengembangan
kecakapan kerja karyawan dapat dilaksanakan dengan berbagai-bagai
cara dan salah satu diantaranya program training dalm perusahaan.
Para pemimpin perusahaan sudah memulai menyadari kenyataan bahwa
biaya yang dikeluarkan untuk melatih para karyawan akan kembali
berlipat ganda sebagai akibat bertambahnya mutu pekerjaan mereka.
Karyawan
yang mengikuti training dan pengembangan tanpa ada minat padanya
sudah tentu tidak akan membawa hasil yang memuaskan.
Sebaliknya,dengan timbulnya minat, maka perhatiannya terhadap
training yang akan dijalaninya akan semakin besar. Dengan mengetahui
arti serta tujuan daripada tugas yang akan dilakukan itu, dapat
diharapkan timbulnya perhatian tersebut.
Oleh
karena itu maka sebelum para karyawan menjalani training, hendaknya
kepada mereka diberikan penjelasan mengenai arti dan tujuan training
terlebih dahulu.
Pada
umumnya tujuan training dan pengembangan berhubungan erat dengan
jenis training. Tujuan training untuk supervisor misalnya, berbeda
dengan tujuan training untuk tenaga pelaksana dan berbeda pula untuk
pimpinan. Meskipun demikian, tujuan training baik untuk supervisior,
tenaga pelaksana maupun pimpinan pada dasarnya adalah sama, yakni
untuk memperoleh training agar dapat mengetahui secara tepat
pekerjaannya, sehingga efisiensi dan kegairahan kerja dapat
diwujudkan.
Selain
daripada yang disebutkan diatas, dalam kenyataannya dengan
mengembangakan cara-cara berpikir dan bertindak yang tepat serta
pengetahuan tentang tugas pekerjaan. Dengan perkataan lain training
dan pengembangan dapat menambahkan ketrampilan kerja karyawan.
A.Faktor-faktor
yang harus diperhatian dalam training
Menurut
Dale Yoder (1965) agar training dan pengembangan dapat berhasil
dengan baik, maka harus diperhatikan delpan factor sebagai berikut:
1.
Individual differences.
2.
Relation to job analysis.
3.
Motivation.
4.
Active participation.
5.
Selection of trainees.
6.
Selection of trainers.
7.
Trainer training.
8.
Training menthods.
Faktor-faktor
tersebut di atas harus diperhatikan sekali pada waktu akan memberikan
training. Sebab faktor-faktor ini mempunyai pengaruh terhadap
berhasil tidaknya latihan yang dijalankan. Dibawah ini akan
dijelaskan artinya satu persatu.
Ad.1.
Individual differences
Kenyataannya
dunia ini tidak ada dua individu yang mempunyai sifat yang
benar-benar sama. Tiap-tiap individu mempunyai cirri khas, yang
berbeda satu sama lain, baik mengenai sifatnya, tingkah lakunya,
bentuk badannya maupun dalam pekerjaannya.
Oleh
karena itu dalam merencanakan dan melaksanakan suatu training harus
diingat adanya perbedaan individu ini. Perbedaan ini dapat nampak
pada waktu para karyawan mengejakan suatu pekerjaan yang sama, dengan
diperoleh hasil yang berbeda.
Ad.2.
Relation to job analysis
Analisa
jabatan dapat dianggap merupakan alat bagi pimpinan dalm memecahkan
masalah-masalah kemanusiaan. Masalah kemanusiaan dalam perusahaan
dianggap merupakan faktor yang sangat penting dan harus diperhatikan.
Tugas
utama dari analisa jabatan untuk memberikan pengertiaan akan tugas
yang harus dilaksanakan di dalam suatu pekerjaan,
serta
untuk mengetahui alat-alat apa yang harus dipergunakan dalam
menjalankan tugas itu.
Untuk
memberikan training pada karyawan terlebih dahulu harus diketahui
keahlian yang dibutuhkannya. Dengan demikian program dari training
dapat diarahkan atu ditunjukan untuk mencapai keahlian itu. Suatu
training yang tidak disesuaikan dengan bakat, minat dan lapangan
kerja karyawan, berakibat merugikan berbagai pihak, yaitu karyawan,
perusahaan dan masyarakat.
Ad.3.
Motivation
Motivasi
adalah suatu usaha menimbulkan dorongan untuk melakukan suatu tugas.
Sehubungan dengan itu, training sebaiknya dibuat sedemikian rupa agar
dapat menimbulkan motivasi bagi para trainees.
Motivasi
dalam training ini sangat perlu sebab pada dasarnya motif yang
mendorong karyawan untuk menjalankan training tidak berbeda dengan
motif yang mendorongnya untuk melakukan tugas pekerjaannya. Karyawan
mempunyai gairah bekerja karena ada keinginan untuk berprestasi,
ingin mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi, dan hasil-hasil
lainnya yang lebih menguntungkan dirinya. Misalnya saja seorang
karyawan, yang mengikuti training segera setelah selese mengikutinya
diangkat untuk menjabat jabatan yang lebih tinggi.
Ad.4.
Active participation
Di
dalam pelaksanaan pendidikan training, para trainees, harus turut
aktif mengambil bagian di dalam bagian pembicaraan-pembicaraan
mengenai pelajaran yang diberikan, sehinggaakan menimbulkan kepuasan
pada para trainees apabila saran-sarannyadiperhatikan dan
dipergunakan sebagai bahan-bahan pertimbangan untuk memecahkan
kesulitan yang mungkin timbul.
Tugas
daripada trainer tidak hanya memberikan pelajaran teori dan pratek
saja, tetapi di samping itu dapat membentuk cara berpikir yang
kritis, dan bagaimana mempratekkan pengetahuan yang diperoleh.
Dengan
diadakannya partisipasi trainees makin menyadari masalah-masalah yang
dihadapi trainer, sehingga ia berusaha memecahkan masalah yang sulit
itu bersama-sama.
Ad.5.
Selection of trainees
Training
sebaiknya diberikan kepada mereka yang berminat dan menunjukkan bakat
untuk dapat mengikuti latihan itu dengan berhasil. Dengan demikian
apabila latihan diberikan pada mereka yang tak mempunyai minat, bakat
dan pengalaman, kemungkinan untuk berhasil sedikitsekali. Oleh karena
itulah sangat perlu diadakan seleksi. Adanya seleksi yang demikian
merupakan daya perangsang pula. Pada umumnya orang menganggap bahwa
adanya seleksi memberikan gambaran, bahwa hanya orang-orang yang
cakap saja yang dapat mengikuti latihan itu.
Ad.6.
Selection of trainers
Tidak
setiap orang dapat menjadi seorang pengajar yang bai. Seorang
pengajar (trainers) harus mempunyai syarat-syarat tertentu. Hal ini
disebabkan karena trainers akan mengahadapi manusia yang mempunyai
sifat yang berlain-lainan.
Seorang
trainer yang cakap belum tentu dapat berhasil memberikan
kepandaiannya kepada orang lain. Berhasil atau tidaknya seseorang
melakukan tugas sebagai pengajar, tergantung kepada ada tidaknya
seorang melakukan tugas sebagai pengajar, trgantung kepada ada
tidaknya persamaan kualifikasi orang tersebut dengan kualifikasi yang
tercantum dalam analisa jabatan mengajar. Itulah sebabnya seorang
trainer yang baik harus mempunyai kecakapan-kecakapan sebagai berikut
:
1.
Pengetahuan vak yang mendalam dan mempunyai kecakapan vak.
2.
Mempunyai rasa tanggungjawab dan sadar akan kewajiban.
3.
Bijaksana dalam segala tindakan dan sabar.
4.
Dapat berpikir secara logis.
5.
Mempunyai kepribadian yang menarik.
Ad.7.
Trainer training
Trainer
sebelum diserahi tanggungjawab untuk memberikan pelajaran hendaknya
telah mendapatkan pendidikan khusus untuk menjadi tenaga pelatih.
Dengan demikian salah satu asa yang penting dalam pendidikan ialah
agar para pelatih mendapat didikan sebagai pelatih.
Ad.8.
Traning menthods
Suatu
latihan akan berhasil tidak trgantung pada tenaga pengajarnya saja
akan tetapi juga tergantung pada metode yang diperjuangkan. Metode
yang dipergunakan dalam training harus sesuai dengan jenis training
yang diberikan. Misalnya metode pemberian kuliah tidak sesuai untuk
karyawan pelaksana. Untuk karyawan pelaksana hendaknya diberikan
lebih banyak peragaan di samping pelajaran teoritis.
B.
Definisi Training ( latihan) dan Pengembangan Personil
a.
Menurut Wexley & Yukl (1976) dikatakan:
“Disini
pelatihan dan pengembangan adalah istilah-istilah yang menyangkut
usaha-usaha yang berencana yang diselenggarakan agar supaya dicapai
penguasaan akan ketrampilan, pengetahuan, dan sikap-sikap yang
relevan terhadap pekerjaan.
Untuk
istilah latihan dan pegembangan ada beberapa pendapat seperti
misalnya Campbell, Dunnette, Lawler, and Weick :
“Training
adalah proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur
sistemmatis dan terorganisasi, yang mana tenaga kerja non managerial
mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan-tujuan
tertentu.
Yang
disebut pengembangan ialah proses pendidikan jangka panjang yang
mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisasi, dengan mana
tenaga kerja managerial mempelajari pengetahuan konseptual dan
teoritik untuk tujuan-tujuan umum.
Pada
prinsipnya batas antara training dan pengembangan tidaklah jelas. Ada
yang menggunakan training melibatkan para personil tingkat bawah dan
menampilkan problema-problema yang lebih factual dan terbatas sedang
penggunaan pengembangan lebih menitik beratkan pada level manager
agar trampil dalam pembuatan kepeutusan-keputusan serta peningkatan
dalam masalah human relation.
b.
Menurut Wexley & Yukl (1977) ada
tiga alasan mengapa latihan dan pengembangan personil itu perlu
diselenggarakan oleh organisasi perusahaan, diantaranya ialah :
a.
Personel selection dan placement tidak selalu menjamin akan personil
tersebut cukup terlatih dan bisa memenuhi persyaratan pekerjaannya
secara tepat. Kenyataannya banyak diantara mereka harus mempelajari
pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang diperlukan setelah
mereka diterima dalam pekerjaan.
b.
Bagi personil-personil yang sudah senior ( lanjut usia,
berpengalaman) kadang-kadang perlu ada penyegaran dengan
latihan-latihan kerja.
c.
Hal ini disebabkan berkembangan job content, cara mengoperasikan
mesin-mesin dan teknisnya, untuk promosi maupun mutilasi.
- Manajemen sendiri menyadari bahwa program training yang efektif dapat berakibat : peningkatan produktivitas, mengurangi absen, mengurangi labour turn over dan peningkatan kepuasan kerja.
Identifikasi
Kebutuhan Training dan Pengembangan Kerja
Untuk
menghindari suatu program training yang tidak tepat maka perlu
dilaksanakan identifikasi kebutuhan training dan pengembangan. Tanpa
adanya analisis ini sebenarnya training hanya akan membuang-buang
waktu dan uang karena pada dasarnya hanya mengikuti mode belaka.
Suatu
program training sebenarnya dapat disusun untuk tenaga kerja yang
baru diterima dapat pula untuk tenaga yang telah lama berkerja pada
perusahaan.
C.
Sistem Training dan Pengembangan
Untuk
setiap training dan pengembangan akan dijumpai komponen-komponen
sebagai berikut :
1.
Sasaran training
Setiap
training harus mempunyai sasaran yang jelas yang bisa diuraikan ke
dalam perilaku-perilaku yang dapat diamati dan diukur.Jika sasaran
training ini tidak jelas maka akan tidak bisa diketahui efektivitas
dari training itu sendiri sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.
2.
Pelatih
Tugas
pelatih adalah mengajarkan bahan-bahan latihan dengan metode- metode
tertentu sehingga peserta akan memperoleh pengetahuan, ketrampilan,
dan sikap yang diperlukan sesuai dengan sasaran yang diinginkan oleh
perusahaan.
3.
Bahan-bahan latihan
Berdasarkan
sasaran training barulah disusun untuk menentukan bahan-bahan latihan
yang relevan.Kalau bahan ini tidak relevan jelas sasaran training
juga tidak akan tercapai.
4.
Metode-metode latihan
Setelah
bahan latihan ditentukan maka langkah berikutnya adalah menyusun
metode latihan yang tepat. Apabila metode latihan itu kurang tepat
maka sasaran latihan juga tidak bisa didapat. Misal : kalau sasaran
latihan adalah kecakapan dalam bidang penjualan, sedangkan metode
latihannya adalah kuliah dan diskusi tanpa latihan-latihan untuk
ketrampilan, maka kemungkinan besar sasaran latihan juga tidak bisa
tercapai.
5.
Peserta
Peserta
adalah komponen yang cukup penting, sebab berhasilnya suatu program
latihan tergantung pada peserta.Sejauh mana peserta memang memerlukan
dan merasa mampu untuk mengikuti program latihan merupakan dua hal
yang memperngaruhi kadar keberhasilan suatu program pelatihan dan
pengembangan.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelima komponen ( sasaran,
pelatih, bahan, metode, dan peserta) di atas saling tergantung dan
saling mempengaruhi keberhasilan suatu program pelatihan dan
pengembangan ditentukan oleh kelima komponen tersebut.
D.
Penetapan tujuan latihan dan pengembangan
Tujuan
dari latihan dan pengembangan dapat dibedakan menjadi dua ialah
tujuan umun dan khusus. Untuk tujuan umum menurut Sikula (1976)
sebagai berikut :
1.
Meningkatkan produktivitas kerja
2.
Training dapat meningkatkan performance kerja pada posisi jabatannya
yang sekarang. Kalau level of perfomancenya naik maka berakibat
peningkatan dari produktivitas dan peningkatan keuntungan bagi
perusahaan.
3.
Meningkatkan mutu kerja
4.
Ini berarti peningkatan baik kuantitas maupun kualitas. Tenaga kerja
yang berpengetahuan jelas akan lebih baik dan akan lebih sedikit
berbuat kesalahan dalam operasionalnya.
5.
Meningkatkan ketepatan dalam human resources planning
6.
Training yang baik bisa mempersiapkan tenaga kerja untuk keperluan di
masa yang akan datang. Apabila ada lowongan-lowongan maka secara
mudah akan diisi oleh tenaga-tenaga dari dalam perusahaan sendiri.
7.
Meningkatkan moral kerja
8.
Apabila perusahaan menyelenggarakan program training yang tepat maka
iklim dan suasana organisasi pada umumnya akan lebih menjadi baik.
Dengan iklim kerja yang sehat maka moral kerja (semangat kerja) juga
meningkat.
9.
Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja
10.
Suatu training yang tepat dapat membantu menghindari timbulnya
kecelakaan-kecelakaan akibat kerja. Selain daripada itu lingkungan
kerja akan menjadi lebih aman dan tentram.
11.
Menunjang pertumbuhan pribadi
12.
Ini dimaksudkan bahwa program training yang tepat sebenarnya member
keuntungan kedua belah pihak yaitu perusahaan dan tenaga kerja itu
sendiri. Bagi tenaga kerja, jelas dengan mengikuti program training
akan lebih memasakkan dalam bidang kepribadian, intelektual, dan
keterampilan.
E.
Evaluasi Program Latihan dan Pengembangan
Evaluasi
program latihan dan pengembangan ini diartikan sebagai penetapan
kriteria keberhasilan berserta tolak ukurnya.Suatu program latihan
memang sangat perlu untuk dievaluasi sebab dengan evaluasi akan
diketahui seberapa banyak usaha latihan ini bisa mengubah perilaku
dari peserta sesuai dengan yang diharapkan oleh pelatih dan
perusahaan.
Menurut
Wexley & Yukl (1977) sering dijumpai bahwa evaluasi terhadap
latihan ini kurang mendapat perhatian sebagaimana mestinya. Adapun
alasan-alasan tersebut antara lain:
1.
Beberapa manager merasa enggan mengevaluasi oleh karena mereka merasa
yakin semuannya berjalan beres dan lancar.
2.
Banyak pimpinan-pimpinan program pelatihan tidak mempunyai
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengadakan penelitian
evaluasi.
3.
Penyelenggaraan pelatihan kerja hanya karena didorong oleh factor
imitasi saja (karena saingannya juga menyelenggaarakan training)
sehingga untuk mengevaluasi merasa enggan.
4.
Beberapa model latihan kerja ini karena sangat kompleknya sehingga
perilaku-perilakunya sangat sulit untuk diukur.
5.
Biasannya biaya untuk menyelenggarakan program latihan cukup besar
sehingga untuk mengeluarkan biaya evaluasi menjadi keberatan.
Sebagai
kriteria keberhasilan suatu program training dan pengembangan dapat
ditetapkan perilaku-perilaku trainess (peserta) sebagaimana
ditampilkan pada akhir program training atau dapat pula ditetapkan
melalui prestasi kerja peserta setelah mereka kembali ke pekerjaan
mereka masing-masing selama waktu tertentu.
BAB
III
Evaluasi
Terhadap Reaksi (Tanggapan Peserta)
Disini
dimaksudkan, evaluasi justru dari pihak peserta untuk mengetahui
apakah peserta menyukai program pelatihan tersebut. Maksudnya dari
evaluasi ini antara lain:
1.
Untuk menentukan apa yang sebenarnya diinginkan oleh para peserta
latihan.
2.
Bentuk evaluasi sebaiknya anonim sehingga rahasia evaluator bisa
dijamin.
3.
Adanya kesempatan dari peserta latihan untuk memberikan
komentar-komentar tambahan pada evaluasinya.
Metode-metode
Latihan dan Penembangan
Penetapan
metode-metode latihan adalah suatu langkah setelah langkah penetapan
kriteria dengan alat-alat ukurnya. Teknik dari training ada dua model
yaitu:
Off
the job training dan on the job training.
1.
Metode off-side
Metode-metode
latihan off-side atau training di luar pekerjaannya meliputi :
a.
Teknik presentasi informasi
b.
Simulasi methods
A)
Teknik Presentasi Informasi
Teknik-teknik
presentasi informasi di sini dimaksudkan sebagai suatu cara
pendekatan untuk mengubah : skills, knowledge, dan attitude dari
peserta latihan dengan tanpa meminta mereka berpartisipasi dalam
suatu simulasi pekerjaan.
Adapun
teknik-tekniknya ialah :
1)
Lecture.
2)
Television and film.
3)
Coference ( discussion)
4)
Programmed instruction.
5)
Computer – assisted instruction.
6)
T – Group (or sensitivity) training
7)
Behavior modeling.
Selanjutnya
akan diuraikan masing-masing teknik tersebut:
Ad.1
Lecture (kuliah,ceramah)
Kuliah
merupakan suatu ceramah yang disampaikan secara lisan untuk
tujuan-tujuan pendidikan. Jadi kuliah adalah pembicaraan-pembicaraan
yang diorganisir secara formal tentang hal-hal yang khusus. Metode
ini bisa dipakai untuk kelompok yang besar sehingga biaya per
perserta relative lebih rendah, selain daripada itu bahan pengetahuan
yang diberikan akan banyak dalam waktu yang relative singkat.
Kelemahan yang utama adalah metode ini kurang bisa membuat aktif dari
pada peserta karena komunikasinya hanya searah sehingga tidak ada
umpan balik. Selain daripada itu, kuliah cenderung untuk menekankan
faktor ingatan saja akan fakta-fakta dan gambar-gambar.
Walaupun
nanpaknya metode kuliah ini banyak kelemahan-kelemahan tetapi metode
ini tetap mempunyai nilai terutama apabila dalam program training itu
menggunakan metode kuliah di samping metode-metode training yang
lainnya.
Berdasarkan
metode survey yng dilakukan oleh Carrol (1972) terhadap
direktur-direktur latihan dari 500 perusahaan dapat disimpulkan bahwa
metode kuliah menurut ranking adalah kurang efektif dibandingkan
dengan metode yang lainnya.
Ad.2.
Television and film
Penggunaan
TV dan film sebagai suatu metode penyampaian untuk suatu program
latihan mempunyai keuntungan-keuntungan yang spesifik bila
dibandingkan dengan metode kuliah. Keuntungan tersebut antara lain :
1)
Pada TV bisa disajikan contoh-contoh yang riel terutama pada
kejadian-kejadian yang perlu ditonjolkan.
2)
Pada TV bisa melukiskan kejadian-kejadian yang tidak bisa digambarkan
apabila metode kuliah.
3)
Apabila penyelenggaraan program latihan dibagi dalam
kelompok-kelompok dan serentak maka tape TV atau kopi film bisa
dikirimkan ke semua kelompok untuk dipergunakan dalam waktu latihan
yang sama.
Ad.3.
Conference (diskusi)
Konferensi
merupakan pertemuan formal di mana terjadi diskusi ataupun konsultasi
tentang suatu hal yang penting. Dalam hal ini konferensi lebih
menekankan adanya :
-
Diskusi kelompok kecil
-
Bahan yang terorganisir
-
Keterlibatkan peserta secara aktif.
Tujuan
daripada metode konferensi :
-
Megembangkan ketrampilan-ketrampilan personi dalam pembuatan
keputusan dan pemecahan masalah.
-
Menyampaikan informasi-informasi yang relatife baru.
-
Secara langsung bisa mengubah sikap-sikap dari peserta seperti yang
diingikan dari pelatihnya.
Menurut
Carol (1972) ternyata metode konferensi lebih efektif daripada metode
ceramah terutama kalau tujuan latihan adalah untuk mengubah sikap
peserta. Menurut Bass & Barret (1972) metode konferensi ini
sangat tergantung pada ketrampilan, pendidikan, dan kepribadian dari
pimpinan diskusi.
Kelemahan
utama dari metode konferensi ini adalah terbatasnya para peserta yang
relatif kecil ( sekitar 15 sampai 20 orang) sehingga biaya per
peserta relatif menjadi lebih besar. Kelemahan yang lain adalah pada
metode ini kemampuan pengajarannya lebih lambat.
Ad.4
Program Instruksi (PI)
Program
Instruksi adalah bimbingan berencana atau instruksi bertahap. Program
ini terdiri dari satu urutan langkah yang berfungsi sebagai pedoman
dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Menurut Wexy & Yukl (1977)
Program instuksi adalah :
1)
Bahan latihan dibagi menjadi bagian-bagian yang kecil.
2)
Bagian-bagian ii disusun menurut urutan tertentu dari yang paling
mudah ke yang paling sulit.
3)
Pada akhir dari setiap urutan langkah tersebut, peserta diminta untuk
memberikan suatu respons untuk bisa dinilai seberapa jauh
pengetahuannya pada langkah tersebut.
4)
Peserta segera diberi tahu jawaban yang benar atau yang salah yang
diperbuatnya. Jika responsnya itu benar maka peserta bila langsung
melanjutkan ke langkah urutan berikutnya, demikian pula apabila
respons itu salah maka perlu perlakuan tersendiri sampai responsnya
benar.
Keuntungan
dari metode ini (PI) adalah :
1)
Peserta dapat belajar sesuai dengan tempo belajarnya tersendiri.
2)
Bahan yang harus dipelajari dibagi-bagi ke dalam satuan-satuan kecil,
sehingga mudah diserap dan diingat.
3)
Ada umpan balik secara langsung.
4)
Ada partisipasi peserta secara aktif.
5)
Perbedaan antar individu (individu differences) sangat diperhatikan.
6)
Latihan bisa diselenggarakan di mana saja dan kapan saja.
Ad.5.
Computer – Assisted Intruction
Pengajaran
dengan komputer adalah cara yang lebih baru dalam bidang metodologi
pengajaran. Menurut Goldstein (1974) dalam metode ini individu secara
langsung berinteraksi dengan sebuah komputer pada mesin-mesin ketik
elektronis. Komputer dalam hal ini mampu untuk mengevaluasi kemajuan
belajar dari orang yang dilatih sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya. Oleh karena alat ini termasuk alat yang mahal harganya
maka kenyataannya perusahaan-perusahaan di Indonesia masih keberatan
untuk menggunakannya.
Ad.6.
T-Group 9or sensitivity) training
Teknik
pengembangan manajemen yang populer digunakan adalah dengan
pendidikan laboratori. Model ini menjadi sangat terkenal oleh karena
perusahaan-perusahaan yang menginginkan pengembangan menejemennya
dengan teknik ceramah dan diskusi kurang berhasi. Oleh sebab itu
begitu model ini diperkenalkan untuk memperbaiki perilaku
interpersonal dari para manager dan kebanyakan merasa berhasil maka
model ini menjadi sangat populer.
Tujuan
T-Group :
1)
Memberikan kepada peserta pengertian mengenai bagaimana dan mengapa
ia bertindak terhadap orang-orang lain (persepsi) dan mengenai cara
ia mempengaruhi perilaku mereka.
2)
Memperoleh pengertian mengapa orang lain bertindak menurut cara
mereka.
3)
Mengajarkan kepada para peserta untuk menjadi pendengar yang baik
dari pembicara orang lain.
4)
Memperoleh pengertian mengenai bagaimana kemauan dari kelompok untuk
bertingkah laku laku dalam kondisi-kondisi tertentu.
5)
Mempercepat perkembangan rasa toleransi dan pengertian terhadap
perilaku orang lain.
6)
Menciptakan suatu situasi di mana peserta dapat mnggunakan cara
berinteraksi yang baru dengan orang lain dan sekaligus akan
mendapatkan umpan balik dari pengalamannya. Syarat agar T – Group
bisa berjalan lancar perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1)
Harus ada partisipasi penuh untuk para peserta.
2)
Harus ada pimpinan untuk kelompok dari hasil pilihan yang seksama.
3)
Seleksi terhadap peserta dilakukan secara ketat sesuai dengan tujuan
latihan.
4)
Tujuan-tujuan latihan harus bisa dijabarkan dalam istilah-istilah
yang rinci.
Ad.7.
Behavior modeling
Goldstein
& Socher (1974) telah menerapkan prisip-prinsip modeling dalam
suatu program pengembangan tentang cara pengawasan yang baik bagi
para manager kepada para bawahannya. Latihan dimulai dengan diskusi
mengenai perilaku kepemimpinan yang baik yang diharapkan oleh bawahan
mereka. Selanjutnya diperlihatkan kepada para peserta latihan suatu
model seorang pemimpin dalam melakukan pengawasan.
B)
Simulation Menthod
Metode
simulasi berusaha menciptakan suatu situasi yang merupakan tiruan
dari keadaan nyata. Dalam hubungannya dengan training, maka suatu
simulasi adalah sesuatu jenis alat atau teknik yang menjalin setempat
mungkin kondisi-kondisi nyata yang ditemukan dalam pekerjaan. Dalam
bidang manajemen dikenal dengan business game, dimana situasi
perusahaan dengan berbagai masalahnya.
Untuk
metode simulasi ini, para personil dapat belajar mengoperasikan
(
misalnya bongkar pasang mesin) ,belajar mempraktekan
prosedur-prosedur baru sebelum mereka dihadapkan pada pekerjaan
mereka yang dianggap membahayakan. Bagi pekerjaan yang menyangkut
kegiatan penjualan (salesmen took, asuransi,) metode ini merupakan
uji coba terhadap perilaku yang bersifat relasi untuk bisa
mempengaruhi orang lain.
BAB
IV
PENUTUP
Pemimpin
perusahaan menyadari bahwa berhasil atau tidaknya usaha mempertinggi
produksi serta efisiensi banyak tergantung kepada unsur manusianya
yang melakukan pekerjaan dan melayani alat-alat kerja. Oleh karena
itu sangat perlu adanya penghargaan terhadap tenaga kerja sesuai
dengan sifat dan keadaannya. Sebab tenaga kerja itu bukan barang mati
melainkan makhluk hidup yaitu manusia yang mempunyai pikiran,
perasaan, dan kemauan.
Penghargaan
yang dimaksud terutama ialah pemeliharaan agar tenaga kerja dapat
lama dan efisien. Pemeliharaan itu pertama-tama tentu dididik ke arah
mempunyai kecakapan kerja. Setiap pimpinan dalam perusahaan
bertanggung jawab untuk memajukan atau mengembangkan kecakapan
daripada karyawannya. Dengan mengembangkan kecakapan karyawan
dimaksudkan sebagai setiap usaha dari pimpinan untuk menambah
keahlian kerja tiap karyawan sehingga di dalam melaksanakan
tugas-tugasnya dapat lebih efisien dan produktif.
Untuk
meningkatkan produksi tidak hanya tergantung pada mesin yang serba
modern, modal yang cukup, dan bahan baku yang banyak. Akan tetapi
tergantung pula pada orang yang melaksanakannya. Oleh karena itu
untuk mencapai taraf efisiensi dan produksifitas yang tinggi, seorang
pimpinan perusahaan harus dapat mengetahui dan melayani kebutuhan
karyawannya. Besar kecilnya prestasi yang diberikan oleh karyawan
dapat terpenuhi apabila mereka diberi kesmpatan untuk mengembangkan
kecakapan mereka yang sesuai dengan bakat dan lapangan kerjanya.
Pengembangan
kecakapan kerja karyawan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara dan
salah satunya diantaranya melalui program training dalam perusahaan.
Para pemimpin perusahaan sudah mulai menyadari kenyataan bahwa biaya
yang dikeluarkan untuk melatih para karyawan akan kembali berlipat
ganda sebagai akibat bertambahnya mutu pekerjaan mereka.
Karyawan
yang mengikuti training dan pengembangan tanpa ada minat padanya
sudah tentu tidak akan membawa hasil yang memuaskan. Sebaliknya,
dengan timbulnya minat, maka perhatiaannya terhadap training yang
akan dijalaninya akan semakin besar. Dengan mengetahui arti serta
tujuan daripada tugas yang akan dilakukan , dapat diharapkan timbul
perhatian tersebut. Oleh karena itu maka sebelum para karyawan
menjalani training, hendaknya kepada mereka diberikan penjelasan
mengenai arti dan tujuan training terlebih dahulu.
Tujuan
training dan pengembangan berhubungan erat dengan jenis training.
Yaitu untuk memperoleh training agar dapat mengetahui secara tepat
pekerjaannya, sehingga efisiensi dan kegairahan kerja dapat terwujut.
Selain itu dalam kenyataannya dengan training dimaksudkan untuk
mempertinggi kerja karyawan dengan mengembangkan cara-cara berpikir
dan bertindak yang tepat serta pengetahuan tentang tugas pekerjaan.
Dengan perkataan lain training dan pengembangan dapat menambah
ketrampilan kerja karyawan.
Adapun
ketrampilan tersebut mempunyai beberapa fungsi :
-
Memperpendek jarak antara waktu penyelesaian tugas dengan permulaan
tugas yang dihadapi.
-
Merangsang dorongan bertindak.
-
Mengisi masa luang.
-
Member kepuasan lebih besar.
0 komentar:
Posting Komentar